Tuesday, May 19, 2009

Andai Ia Tahu....

Sesat sebelum jari jari ini mulai jenuh diatas keyboard, aku gak tau apa yang mesthi aku tulis. hanya saja sesaat lamunan datang dalam kilas bayang bayang semu yang gak jelas. ada senyum ceria nan menggemasakan yang kutangkap. Sesaat cerita itu kembali terukhir jelas dalam pikiranku.

"Ayo donk kamu bisa dee..., kamu bisa...."

suara itu seakan akan kembali hadir jelas menggema dalam telingaku. menghadirkan kesabarannya dalam sosok seorang insan manusia terbalut kulit seputih salju yang begitu dingin. yang aku sendiri gak tega buat ngeliatnya saat itu. senyum riang entah kenapa ia bebaskan begitu saja dari balik bibirnya yang mungil. semangatnya selalu ada tiap jengkal langkah kaki yang perlahan aku coba untuk menapak dibumi.

Sempurna kaki ini bisa berjalan tanpa dibantu alat sialan yang terus jadi sahabat karibku tiga bulan itu. last chek up mesthi aku jalani dan itu berarti aku mesthi kerumah sakit.

"Makasih dokter atas semuanya.."

percakapan singkat yang kuakhiri dengan kalimat sependek itu sebagai ucapan terima kasih ke dokter tersebut. Langkah kaki ku sekarang menuju bougenvil, ruang diujng rumah sakit terus belok kekanan. Membeku langkahku saat hendak membelok kekanan diujung koridor rumah sakit, Bunga lily yang kugenggam aku letakkan disamping tangannya, dia menutup mata dan membisu dengan bahagia....

"Aldiana udah pergi dee........"

Aldiana, entah kenapa aku selalu manggil dia dina. Dia selalu ngasih aku semangat biar bisa kembali jalan tanpa perlu penopang, Meskipun aku tahu kalo hidupnya harus ditopang dengan peralatan medis dan berpuluh puluh jenis obat, dia tetap semangat.... Bunga lily itu yang dia sukai karena itu mencerminkan dirinya... suci, manis, sederhana dan cantik meskipun ia sendiri rapuh.....


"Aldee pulang yuk makan...."
"Ok bentar coy tanggung nih tinggal upload"

0 Comments:

Post a Comment